Sebagai bagian dari tindakan penegakan hukum yang signifikan, Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia (MACC) telah menangkap seorang pejabat pemerintah negara bagian yang diduga melindungi operasi penambangan bauksit ilegal di Kuantan sejak 2022. Penangkapan terjadi selama penggerebekan di daerah Bukit Goh, Kuantan, di mana dua pemilik perusahaan ditahan.
Individu-individu tersebut diduga terlibat dalam kegiatan korupsi yang bertujuan melindungi praktik penambangan tanpa izin, sehingga merusak standar lingkungan dan regulasi. Ketua komisioner MACC Azam Baki mengonfirmasi bahwa penyelidikan difokuskan pada tuduhan meminta dan menerima suap yang melanggar Pasal 16 Undang-Undang MACC 2009.
Perkembangan ini menyoroti upaya berkelanjutan untuk menindak korupsi yang terkait dengan industri ekstraksi sumber daya di Malaysia, menekankan perlunya transparansi dan kepatuhan terhadap hukum.
Pada Januari 2016, dilaporkan bahwa penambangan bauksit muncul sebagai isu politik yang kontroversial di Malaysia, mendorong pemerintah untuk memberlakukan larangan sementara pada ekstraksi bijih aluminium. Pemerintah memberlakukan larangan semua penambangan bauksit setelah operasi yang tidak diatur dan limpasan dari tumpukan yang tidak aman di Pahang, sebuah negara bagian di timur, sangat mencemari sumber air dan mengubah jalan, sungai, dan perairan pesisir menjadi merah.
Kemudian, pada awal 2019, pemerintah Malaysia memutuskan untuk tidak memperpanjang moratorium penambangan bauksit, yang diberlakukan atas dasar lingkungan dan akan berakhir pada 31 Maret 2019. Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas permintaan yang kuat untuk bauksit, bahan baku utama dalam produksi aluminium, seperti yang dinyatakan oleh Menteri Air, Tanah, dan Sumber Daya Alam. Pernah menjadi pemasok utama bauksit ke China, Malaysia melihat ekspor mencapai puncaknya hampir 3,5 juta ton per bulan pada akhir 2015.
Azam mengungkapkan bahwa intelijen yang dikumpulkan oleh MACC menunjukkan bahwa ekstraksi bauksit di Bukit Goh dilakukan tanpa mematuhi prosedur hukum. Dia menekankan bahwa persetujuan hanya diberikan untuk ekstraksi bauksit yang telah ditambang sebelum 2022.
Laporan menunjukkan bahwa suap dibayarkan untuk menghindari tindakan penegakan hukum terhadap kegiatan penambangan ilegal ini. MACC masih dalam proses menentukan jumlah total suap yang terlibat. Menurut Azam, MACC menyita lebih dari RM26,000 dalam bentuk tunai dan tiga ponsel dari para tersangka.
Setelah penggerebekan, Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia (MACC) juga memeriksa situs penyimpanan bauksit di Jabor, Terengganu, pada hari yang sama. Tujuh truk, empat ekskavator, dan satu loader sekop diserahkan kepada Kantor Tanah dan Tambang Terengganu untuk penyelidikan di bawah Pasal 425 dari Kode Tanah Nasional 1965 terkait dengan kegiatan penambangan ilegal.
Selain itu, delapan truk tipper disita di bawah Pasal 82 Undang-Undang Transportasi Darat Publik 2010 karena melebihi kapasitas muatan yang diizinkan selama pemeriksaan di sebuah persimpangan di Gebeng. Kendaraan tersebut kemudian diserahkan kepada Departemen Transportasi Jalan untuk tindakan lebih lanjut.
Magistrat Wahidah Zainal Abidin menyetujui perintah penahanan selama enam hari untuk tiga tersangka setelah permohonan diajukan di Pengadilan Magistrat Kuantan. Penahanan akan berlangsung hingga 19 November.
Kredit gambar: Malaysian Insider
Kredit informasi: Free Malaysia Today
Diedit Oleh: Rupankar Majumder