SMM

Di bidang kendaraan listrik (EV), sering terjadi kebingungan antara dua rute teknologi utama yaitu lithium ternary dan lithium besi fosfat (LFP). Namun, dalam industri kendaraan roda dua listrik, yang juga berfokus pada perjalanan rendah karbon, baik pengguna maupun produsen tampaknya lebih memilih menggunakan baterai LMO meskipun menghadapi berbagai pilihan teknologi. Preferensi ini terutama disebabkan oleh tiga keuntungan berikut:

Pertama, dari perspektif struktur kristal, LMO tipe spinel memiliki stabilitas lebih tinggi dibandingkan oksida berlapis dari lithium ternary. LMO termasuk dalam sistem kristal kubik dan memiliki struktur terowongan tiga dimensi, memungkinkan ion lithium untuk secara reversibel berinterkalasi dan de-interkalasi tanpa menyebabkan keruntuhan kisi. Ini menghasilkan kinerja laju pengisian/pengosongan yang sangat baik dan stabilitas.

Kedua, dalam hal stabilitas termal, meskipun baterai lithium ternary memiliki kepadatan energi tertinggi di antara baterai lithium arus utama, mereka sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan dapat terurai pada sekitar 200°C, yang dapat menyebabkan reaksi hebat atau bahkan ledakan. Sebaliknya, suhu sintesis LMO setidaknya 700°C, dan suhu dekomposisi termalnya jauh lebih tinggi daripada bahan katoda ternary, menunjukkan keamanan yang superior.

Terakhir, dalam hal biaya, bahan baku LMO melimpah dan jauh lebih murah daripada produk lainnya. Selain itu, karena tegangan baterai LMO lebih tinggi, lebih sedikit sel baterai yang dibutuhkan, menghasilkan keuntungan volume. Oleh karena itu, LMO tidak hanya menunjukkan kinerja yang sangat baik tetapi juga menarik perhatian dari industri dan konsumen karena manfaat keamanan dan ekonominya.