Menurut data terbaru yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai, pada Juli 2024, volume impor tembaga bekas dan tembaga bekas yang sudah dihancurkan di China mencapai 194,673 mt, naik 13% MoM dan 23% YoY, mencapai pertumbuhan baik MoM maupun YoY (kode HS 74040000).
Dalam lanskap impor tembaga bekas, provinsi Guangdong dan Zhejiang telah menjadi pusat distribusi utama untuk impor tembaga bekas karena lokasi geografisnya yang menguntungkan, tata letak rantai industri yang mapan, dan permintaan pasar yang kuat. Guangdong, yang berada di garis depan reformasi dan keterbukaan China, memiliki sejarah panjang dan teknologi maju dalam industri pengolahan tembaga, yang menyebabkan permintaan yang signifikan untuk tembaga bekas. Sementara itu, Zhejiang dikenal dengan ekonomi swasta yang aktif dan respons pasar yang cepat, dengan industri daur ulang dan pengolahan tembaga bekas yang berkembang serupa. Bersama-sama, kedua provinsi ini telah mendorong kemakmuran dan perkembangan pasar tembaga bekas China. Secara khusus, data ekspor Juli menunjukkan bahwa Zhejiang dan Guangdong masing-masing mengimpor 126,195 mt dan 31,720 mt tembaga bekas, menyumbang 64.82% dan 16.29%, menduduki peringkat pertama dan kedua.
Dari perspektif sumber impor, Amerika Serikat terus mempertahankan posisinya sebagai pemasok tembaga bekas terbesar ke China, dengan impor sebesar 36,178 mt dari AS pada bulan tersebut, naik 2.6% MoM dan 23.7% YoY. Kualitas tinggi dan stabilitas tembaga bekas AS menjadikannya salah satu bahan baku pilihan bagi perusahaan pengolahan tembaga China, sementara Jepang berada di peringkat kedua dengan volume pasokan sebesar 20,692 mt.
Selain itu, negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand juga telah menjadi sumber penting impor tembaga bekas bagi China. Negara-negara ini memiliki sumber daya tembaga bekas yang melimpah dan secara geografis dekat dengan China, menghasilkan biaya transportasi yang relatif rendah, menjadikannya mitra penting bagi perusahaan pengolahan tembaga China.